Kau
dan Aku
Kau,
Bertemu aku,
Saat kau telah melewati semuanya... kembali naïf
akan kehidupan,
Hanya melihat keindahan gunung dari kejauhan tanpa
(mau) tau akan banyak duri saat masuk didalamnya,
Atau kau sudah sampai tahap memaafkan duri yang
akan merobek kulit kakimu?
Sepertinya pun begitu.
kau, bertemu aku, saat kau telah tersenyum ramah
pada kehidupan.
Aku,
Bertemu dengan kau...
Justru pada saat aku lelah mempertanyakan dan
tidak juga kutemukan jawaban yang lain...
Pada saat aku lelah dipermainkan untuk mendapat
jawaban ...
lalu sinislah aku pada setiap pertanyaan, karena
sebelum itu menjadi gaung telah aku
genggam jawabannya (menurut ku).
Aku bertemu kau saat aku melihat kehidupan dengan
pandangan curiga ...
Bagiku kau begitu nyaman.
Begitu hidup,
begitu segar,
begitu berwarna,
begitu harum,
begitu menjadi semua yang ku mau ....
yang ku suka ....
Begitu
indah untuk menjadi nyata ...
Namun aku tau tidak ada yang seindah ini dalam
nyata (kan, aku mulai curiga...)
Disisi lain, Aku belum mau melepaskan. Aku masih
ingin merasakan...
Sebentar lagi, Biarkan aku di negeri dongeng ini .. jangan guncang
bahuku dulu,
jangan
bangunkan aku .
Tetapi kau tidak ingin bermain terlalu lama. Kau
lelah penasaran.
Masalahku adalah,
sudah lama hatiku
tidak utuh lagi.
Ia telah lelah pecah, dan ditata ...pecah dan
ditata lagi, untuk pecah lagi ..
sampai
suatu saat dibiarkan seperti itu saja.. berserakan...
Ku telah lelah untuk menata, dan hati kupun sepertiny lelah untuk ditata.
(untuk apa? Untuk pecah lagikah?)
Tapi kau begitu menggoda,
kau begitu nyaman. Begitu hidup, begitu segar,
begitu berwarna, begitu harum, begitu menjadi semua yang ku mau .... yang ku
suka ....
Andai kan aku masih punya kepingan hati yang bisa ku tawarkan untuk kau pecahkan,agar aku bisa merasakan ini lebih lama.
Andai kan aku masih punya kepingan hati yang bisa ku tawarkan untuk kau pecahkan,agar aku bisa merasakan ini lebih lama.
Bagaimana kalau aku berpura-pura, menawarkan hati
yg tidak aku punya ...
Agar bisa berada lebih lama di negeri dongeng ini,
Tanpa takut akan kau guncang bahuku, karena kau
(anggap) sudah memiliki hatiku ...
Aku tau berujung kemana ini semua...
Sampai
Suatu saat nanti kau akan sadar, bukan ini yang kau mau.
Dan aku ini
jahat, juga egois. Penipu yang egois... (menyeramkan, kenapa aku bisa
tergoda dulu dengan perempuan sejenis itu, lalu kau pun membatin)
Dan kita berbalik arah memunggungi untuk mencari
jalan sendiri2.
Dititik lurus, tanpa ada belokan, agar tidak ada 1
: 1000 pun kesempatan buat pertemuan yang
kebetulan.
Disaat itu kita berdua akan baik-baik saja.
Karena kau telah melewati hal itu,
Kau bahkan telah sanggup memaafkan duri yang
merobek telapak kakimu.
Dan aku,
Aku pun baik-baik saja. Karena tidak perlu
merasakan hati yang patah lagi.
Suatu hari nanti,
Aku pun akan bisa sepertimu, tersenyum kepada
apapun yang ditawarkan kehidupan.
Tapi bukan sekarang, bukan saat ini.
Penawar ajaib sakit ini bernama waktu, dan sang
waktu sendiri yang membisikkan belum saatnya.
Lalu diam, tanpa memberitahu aku kapan saatnya ...
(Seandainya kita telah sama sama tersenyum pada
kehidupan, pasti kisah ini akan berakhir indah.)
Bila saat itu tiba, aku akan datang lagi ...
mencarimu
..
Aku tau dimana menemui mu... karena aku tinggal
berbalik arah pada jalan lurus itu.
Mungkin pada saat itu kau telah menemukan
nirwanamu,
Itupun tidak menjadi masalah buatku ... karena aku
telah seperti kau,
bisa tersenyum pada apapun yang ditawarkan oleh
kehidupan.
(mengutip dan mengubah sedikit puisi cahaya bulan : kita begitu berbeda dalam semua, bahkan dalam cinta ... )
****
Happy
b’day ...
U
deserve to have someone better than me...
I
wish i can be the person.
But
for now, it’s only in my fairy tale ..
NB : untuk seseorang yang sedang ingin membagi waktu bersamaku dengan julukan kekasih :) Sorry, I just not ready yet..
NB : untuk seseorang yang sedang ingin membagi waktu bersamaku dengan julukan kekasih :) Sorry, I just not ready yet..
0 komentar:
Post a Comment