Filem ini diputar lagi pagi ini
jam 3.00 dini hari. Pada saat aku terbangun untuk lembur (kirain kerja di NGO
ngga pake lembur ya hehe)
Judul filmnya IN TO THE WILD. Film
produksi tahun 2007 yang diadaptasi dari novel berdasarkan kisah nyata
kehidupan Chris McCandless, terbit tahun 1995 – 1996 gitu deh sayang, aku belum
nemu bukunya.
Pertama kali aku menonton filem
ini adalah 4 tahun lalu pada waktu bekerja Meulaboh, dini hari juga karena seingatnya cuma aku sendiri yang nonton diruang tamu kami dan sepertinya aku juga
membuat catatan spontan setelah menontonnya.
Salah satu filem yang cukup meng-inspiratif. Dicatatan ku yang dulu (ntah dimana kini dia
berada :P) aku mengagumi, paradigma berbeda dari si tokoh dalam filem ini,
yang berjuang sendiri untuk travelling ke Alaska dan bertahan hidup dengan cara yang
sangat simple. Makan dari hasil buruan, menghabiskan waktu dialam dan hidup
sendiri dalam van yang sudah tidak terpakai. Dia ingin membuktikan bisa
bertahan hidup dengan bergantung pada dirinya sendiri. Pertama kali aku
melihatnya aku terpana, terkagum dan pengen nyoba-nyoba juga travelling ala si
tokoh utama walaupun ngga ekstrem2 amat.
Tapi makin kesini, aku menyoroti
sudut pandang berbeda dari filem ini, yaitu alasan si tokoh yang bernama Chris,
melakukan hal se-ekstrem ini karena tidak tahan dengan pertengkaran orangtua
mereka setiap hari. Pertengkaran itu disaksikan oleh adiknya dan dia, mungkin hampir
setiap hari. Dan yang dipertengkarkan adalah soal uang (apalagi -_-
) kemudian sebuah buku yang dia baca
pada saat tinggal di van tua (masih menuju Alaska) membuat dia tersenyum karena
sependapat dengan pengarangnya bahwa kebahagiaan adalah kembali kedesa, kealam,
buku, musik dan mencintai tetangga, jatuh cinta dan memiiliki anak. Di bagian
ini dia tersenyum lebar : apalagi yang dibutuhkan oleh seorang lelaki.. :)
Banyak (atau hampir semua) moment
yang menyentuh difilem ini. Perjumpaan dan perpisahan dengan orang – orang yang
dijumpainya saat menuju Alaska.
Dengan teman-teman hippies nya dan moment naksir – naksiran-nya dengan seorang
cewek (dan aku baru ngeh kalau itu Kristen Stewart sekarang). Perjumpaan dengan
seorang kakek, pensiunan angkatan yang jatuh cinta dengan kepribadian si Chris.
Bahkan si kakek mau mengangkat Chris menjadi anak or cucunya tetapi hasrat
membara dari tokoh utama untuk menahlukkan Alaska
terlebih dahulu susah terbendung, jadi dia menjanjikan akan memikirkan tentang
itu sepulang dari sana.
Yang ternyata dia tidak pernah pulang.
Percakapan – percakapan yang menjadi dialog panjang di filem ini memperkaya batin bagi penonton.
Percakapan – percakapan yang menjadi dialog panjang di filem ini memperkaya batin bagi penonton.
Moment yang paling menyentuh
adalah pada saat akhir-akhir filem. Saat itu dia gagal berburu dan harus
menahan lapar karena tidak ada lagi makanan yang bisa dimakan. Kemudian salju
yang datang memperparah sutiuasi. Karena tidak ada hewan yang lewat dan
tumbuhan yang bisa dimakan belum tumbuh, akhirnya dia mulai memakan rumput
liar. Rumput liar yang dia makan ternyata beracun yang mengakibatkan dia
keracunan.
Seandainya saja si Chris ini bisa
kembali pulang, sebenarnya happy ending banget, karena pada saat dia kabur dari
rumah, akhirnya ibu bapaknya yang doyan bertengkar mulai bersatu dan mulai
mencari tau tentang informasi dimana dia berada. Bahkan ada satu adegan dimana
bapak ibunya berdoa bersama di kapel gereja.
Yup! Again, wise word that saying
: u don’t know what u have until it’s gone happen in this film.
Filem yang bagus itu apabila
memiliki moral story dan di filem ini banyak yang bisa ditarik menjadi moral
story.
Kalau lagi bengong dirumah, ngga
salah juga buat menontonnya. Sambil peluk2an dengan orang tersayang, maybe? ;-)
Note :
If you want something in life, reach and grab it. – Chris McCandless
If you want something in life, reach and grab it. – Chris McCandless
Jakarta
Suatu senja …
0 komentar:
Post a Comment